Rabu, 20 September 2017

Pejuang Transportasi Umum, pilihan atau terpaksa?





Lima hari dalam seminggu, 10 sampai dengan 11 jam dalam sehari dihabiskan untuk bekerja. Sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta tidak ternama di Jakarta menyebabkan saya yang bertempat tinggal di pinggiran kota cukup lelah untuk nglaju Depok-Jakarta. Beberapa tahun belakangan, saya menggunakan sepeda motor untuk menjadi kendaraan utama. Namun melihat situasi arus lalu lintas saat ini yang sangat padat dan krodit, saya lebih memilih menggunakan transportasi umum. Mulai dari Kereta, Transjakarta, Angkot dan Ojek Online. Menurut informasi dan simpulan dari seorang teman, Jakarta saat ini tengah menjalani modernisasi tahap 2. Kita hanya perlu bersabar dan mendukung pemerintah agar seluruh pembangunan di Jakarta bisa menjadikan Jakarta kota yang tetap ramah untuk semua kalangan.





Menurut pengalaman saya selama menjadi pengguna transportasi umum KRL commuter line, cukup puas dalam sarana dan prasarananya. Tetapi kembali lagi takaran puas setiap orang berbeda-beda. Nilai plus dari KRL adalah kecepatan waktu dalam menempuh perjalanan dan tarif ongkos yang sangat ekonomis. Namun pada jam-jam tertentu seperti jam sibuk arus berangkat dan pulang kerja, kita harus berhati-hati dan menyiapkan fisik yang lebih siap seperti akan berkompetisi dalam lomba. Mengapa disebut begitu? Dikarenakan penggunanya yang terbilang melebihi kapasitas rangkaian kereta. Kita harus lebih sigap dan tahan banting apalagi bagi perempuan yang mendapatkan gerbong campur antara lelaki dan perempuan, disarankan untuk lebih berhati-hati. Untuk peta rute kereta terdapat di dinding atas setiap pintu kereta. Akses masuk ke dalam stasiun hanya bisa menggunakan kartu. Anda bisa menggunakan uang elektronik yang sudah dijual bebas dipasaran atau membeli nya di stasiun.




Untuk sarana transportasi bus Transjakarta, sangat nyaman digunakan apabila jalur yang anda tempuh telah memiliki jalur busway. Beberapa rute Transjakarta masih ada yang belum memiliki jalur tersendiri, jadi rasanya sama saja seperti naik bus umum lainnya. Tarif ongkos bus Transjakarta terbilang sangat murah. Pembayarannya menggunakan uang elektronik apabila anda naik dari halte bus, cash bisa digunakan untuk pemberangkatan dari titik yang tidak memiliki halte seperti di Cibubur Junction dan Stasiun Manggarai. Fasilitas didalam bus Transjakarta sangat nyaman dan bersih dan terbilang dingin.

Kedua sama-sama memiliki nilai plus tersendiri tergantung kebutuhan kita. Untuk saat ini saya sangat salut kepada orang-orang yang memilih untuk menggunakan transportasi umum dibandingkan membawa kendaraan pribadi. Mengingat mudahnya membeli 1 unit kendaraan dengan cara kredit dan DP nego :D

2 komentar:

  1. Kalau saya naik motor juga mbak. Maunya sih naik perahu biar kayak di venice xoxo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik perahu layar di iringin angin mamiri ku pasang mbak?

      Hapus